
Jakarta – Keberadaan Planet Kesembilan atau yang sering disebut Planet X merupakan salah satu misteri terbesar dalam astronomi modern. Objek ini diduga memiliki massa sekitar sepuluh kali massa bumi dan berada sangat jauh di wilayah terluar tata surya.
Bahkan, keberadaan objek ini dapat melampaui orbit Neptunus dan Sabuk Kuiper. Letaknya diperkirakan berada antara 500 hingga 700 satuan astronomi (AU) dari matahari.
Melansir laman NASA pada Rabu (07/05/2025), penelusuran mengenai Planet Sembilan dimulai pada 2016. Ketika dua astronom dari California Institute of Technology (Caltech), Konstantin Batygin dan Mike Brown, menemukan anomali pada orbit enam objek trans-Neptunian (TNO), yaitu benda-benda langit yang melintasi orbit Neptunus.
Keenam objek ini menunjukkan pola orbit yang tampak dikendalikan oleh tarikan gravitasi dari sebuah benda besar yang belum terlihat secara langsung. Fenomena ini memunculkan teori keberadaan sebuah planet masif yang tersembunyi jauh di wilayah luar tata surya.
Teori ini kemudian disebut sebagai Planet Sembilan. Planet ini diperkirakan memiliki orbit elips yang sangat luas, dengan periode revolusi antara 10.000 hingga 20.000 tahun untuk mengelilingi matahari dalam satu kali periode revolusi.
Keberadaan Planet Sembilan juga dapat menjelaskan sejumlah fenomena ganjil di tata surya, seperti kemiringan orbit dan keberadaan beberapa objek langit yang mengorbit matahari secara retrograde. Keberadaan planet kesembilan juga dianggap dapat menjadi alasan anomali pada kemiringan bidang orbit seluruh planet utama terhadap ekuator matahari.
Kemiringan bidang orbit seluruh planet utama menunjukkan deviasi sekitar 6 derajat diduga akibat tarikan gravitasi jangka panjang dari Planet Sembilan.
Misteri Planet Sembilan

Meskipun ribuan exoplanet telah ditemukan di luar tata surya, menemukan planet baru di lingkungan sendiri terbukti jauh lebih rumit. Hal ini karena jarak yang sangat jauh dan cahaya Matahari yang sangat redup pada jarak tersebut membuatnya sulit dideteksi oleh teleskop optik konvensional.
Namun, harapan muncul kembali melalui studi terbaru yang menganalisis data dari dua survei inframerah seluruh langit, IRAS (Infrared Astronomical Satellite) yang diluncurkan pada 1983 dan AKARI satelit inframerah milik Jepang, yang beroperasi sejak 2006.
NASA menggunakan data dari kedua satelit tersebut untuk mencari objek yang bergerak sangat lambat di langit. Hal ini menjadi indikasi bahwa objek tersebut berada sangat jauh dari bumi dan bergerak perlahan karena pengaruh jarak.
Dari hasil analisis, para ilmuwan awalnya mengidentifikasi 13 kandidat potensial. Setelah melalui proses verifikasi ketat, termasuk eliminasi objek galaksi jauh dan pemeriksaan citra visual tambahan.
Ada satu objek paling menjanjikan yang kemungkinan besar sesuai dengan karakteristik Planet Sembilan. Meski begitu, objek ini belum dapat dikonfirmasi secara resmi sebagai Planet Sembilan.
Diperlukan pengamatan teleskopik lanjutan dengan teknologi yang lebih sensitif, seperti teleskop berbasis luar angkasa generasi baru atau observatorium berbasis darat dengan kemampuan inframerah tinggi. Keberadaan Planet Sembilan masih berada di ranah hipotesis, tetapi bukti-bukti tidak langsung terus bertambah.
Jika berhasil ditemukan, Planet Sembilan tidak hanya akan menjadi penemuan besar dalam sejarah astronomi, tetapi juga akan mengubah pemahaman kita tentang dinamika Tata Surya dan formasi planet.