
PUSATNEWS Jakarta, 7 Mei 2025 — Kebijakan tarif impor terbaru yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah menimbulkan gejolak dalam sistem perdagangan global. Indonesia, sebagai salah satu mitra dagang utama AS di Asia Tenggara, turut merasakan dampaknya meskipun secara langsung pengaruhnya masih tergolong minimal.
Tarif Impor Baru dan Dampaknya
Pada 2 April 2025, Presiden Trump mengumumkan kebijakan tarif impor baru yang dikenal sebagai “Liberation Day Tariffs”. Kebijakan ini menetapkan tarif dasar sebesar 10% untuk semua impor ke AS, dengan tarif tambahan hingga 32% untuk negara-negara tertentu, termasuk Indonesia. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi defisit perdagangan AS dan melindungi industri domestik.
Meskipun kontribusi ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, sektor-sektor tertentu seperti tekstil, alas kaki, dan elektronik diperkirakan akan mengalami tekanan akibat peningkatan tarif ini. Kenaikan biaya produksi dan penurunan daya saing produk Indonesia di pasar AS menjadi tantangan utama bagi pelaku industri.
Respon Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia memilih untuk tidak melakukan tindakan balasan terhadap kebijakan tarif AS. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa Indonesia akan fokus pada diplomasi ekonomi dan mencari peluang diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara lain.
Selain itu, pemerintah juga mendorong peningkatan nilai tambah produk ekspor melalui hilirisasi industri dan penguatan sektor manufaktur domestik. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global dan mengurangi ketergantungan pada pasar tertentu.
Dampak pada Nilai Tukar dan Inflasi
Ketidakpastian global akibat kebijakan tarif ini turut memengaruhi nilai tukar rupiah yang mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Pelemahan ini berpotensi meningkatkan biaya impor bahan baku dan barang modal, yang pada gilirannya dapat mendorong inflasi domestik.
Bank Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mengendalikan inflasi, termasuk melalui intervensi di pasar valuta asing dan penyesuaian suku bunga kebijakan.
Prospek dan Langkah ke Depan
Meskipun dampak langsung dari kebijakan tarif AS terhadap ekonomi Indonesia masih terbatas, pemerintah dan pelaku usaha perlu waspada terhadap potensi dampak jangka panjang. Diversifikasi pasar ekspor, peningkatan kualitas produk, dan penguatan daya saing industri domestik menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ini.
Indonesia juga dapat memanfaatkan momentum ini untuk mempercepat reformasi struktural dan memperkuat posisi dalam rantai pasok global. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat mengurangi dampak negatif dari kebijakan proteksionis dan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pemerintah terus memantau perkembangan situasi global dan siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan nasional dan memastikan stabilitas ekonomi di tengah dinamika perdagangan internasional.