
PUSATNEWS – Jakarta, 3 Mei 2025 — Wacana pengangkatan pengemudi ojek online (ojol) sebagai karyawan tetap kembali menghangat usai pemerintah dan beberapa perusahaan aplikasi transportasi digital melakukan pembahasan lanjutan terkait regulasi ketenagakerjaan di sektor gig economy.
Meski di atas kertas status karyawan tetap menawarkan jaminan seperti BPJS, gaji pokok, dan cuti tahunan, banyak pengemudi ojol justru merasa waswas. Sebab, dengan skema penggajian tetap, potensi pendapatan harian yang selama ini fleksibel dan bisa tinggi dinilai akan terancam.
Penghasilan Bisa Turun Drastis
Yusuf (34), pengemudi ojol di Jakarta Selatan, mengaku bisa menghasilkan Rp200.000 hingga Rp300.000 per hari jika rajin menarik penumpang dan pesanan makanan. Namun, jika nanti harus mengikuti sistem jam kerja dan gaji bulanan tetap, ia khawatir penghasilannya tidak lagi sebanding.
“Kalau jadi karyawan tetap, gaji misalnya UMR ya sekitar Rp5 jutaan. Tapi kalau sekarang saya bisa dapat Rp7 juta–Rp8 juta sebulan. Belum lagi bonus-bonus dari aplikasi,” kata Yusuf kepada wartawan, Jumat (3/5/2025).
Keluhan serupa juga disampaikan oleh Rini (29), pengemudi ojol perempuan. Ia menilai fleksibilitas waktu kerja dan pendapatan berdasarkan performa menjadi daya tarik utama profesi ini. “Kalau diatur jam kerja, nanti susah atur waktu ngurus anak,” ujarnya.
Perusahaan dan Pemerintah Masih Bahas Skema
Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan menyatakan belum ada keputusan final terkait status karyawan tetap bagi pengemudi ojol. Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial, Arif Rachman, mengatakan bahwa regulasi tengah dikaji agar tidak merugikan kedua belah pihak.
“Tujuannya adalah menciptakan ekosistem kerja yang adil dan berkelanjutan. Namun, fleksibilitas yang sudah berjalan saat ini juga jadi pertimbangan penting,” jelas Arif.
Sementara itu, salah satu perusahaan aplikasi besar menyatakan masih melakukan simulasi internal. “Kami terbuka untuk diskusi bersama pengemudi, pemerintah, dan pihak terkait agar skema terbaik bisa ditemukan,” ujar juru bicara perusahaan tersebut.
Serikat Ojol Minta Opsi Hybrid
Di sisi lain, sejumlah komunitas dan serikat pengemudi ojol mengusulkan skema hybrid, yaitu opsi antara tetap sebagai mitra atau menjadi karyawan tetap. Ketua Serikat Pengemudi Online Nasional (SPON), Dedi Anwar, menyebut bahwa tidak semua pengemudi memiliki kebutuhan dan preferensi yang sama.
“Biarkan pengemudi memilih: mau fleksibel atau tetap. Yang penting ada jaminan kerja dan kejelasan sistem,” tegas Dedi.
Dengan polemik yang terus berkembang, masa depan pengemudi ojol kini berada di persimpangan. Apakah fleksibilitas akan dipertahankan, atau diganti dengan kepastian kerja melalui status karyawan tetap — semua kini bergantung pada regulasi yang akan ditetapkan dalam waktu dekat.