
PUSAT KESEHATAN – Konsumsi lemak trans meningkatkan risiko penyakit jantung dan gangguan metabolisme. Semakin sering lemak trans dikonsumsi dan digunakan, risiko penyakit makin besar. Saking bahayanya, beberapa negara melarang penggunaan lemak trans sebagai bahan utama atau pendamping.
Di Indonesia, lemak trans masih relatif sering digunakan dan dikonsumsi misalnya dalam industri makanan kemasan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat datang ke Indonesia untuk menguji kandungan lemak trans dalam berbagai produk makanan.
Apa Itu Lemak Trans?
Dikutip dari situs Cleveland Clinic, lemak trans tidaklah dibutuhkan agar tubuh bisa berfungsi. Justru lemak trans ini merugikan kesehatan.
Ada dua jenis lemak trans, yaitu lemak trans yang timbul secara alami dan lemak trans buatan dalam proses industri. Lemak trans alami muncul dari produk hewani seperti susu dan daging, namun kadarnya sangat rendah.
Konsumen perlu memperhatikan kandungan lemak trans buatan dalam berbagai produk. Lemak trans adalah minyak cair diberi tambahan hidrogen agar menjadi padat. Minyak padat ini lebih awet dan memungkinkan penggunaan berulang sehingga hemat biaya.
Daftar Makanan Tinggi Lemak Trans Buatan di RI
kedatangan WHO pada Mei 2024 menguji 130 produk yang dipasarkan di Jakarta dan Bogor. Produk-produk tersebut masuk dalam kategori:
-Minyak dan lemak
-Margarin dan olesan
-Makanan kemasan dari bahan berlemak misal biskuit, kue kering, wafer, kue, dan roti.
-Makanan siap saji misal mi goreng, nasi goreng, ayam goreng, kentang goreng, dan roti.
Temuan WHO menyatakan, beberapa jenis makanan mengandung lemak trans buatan lebih besar dari ambang batas penggunaan. WHO menetapkan batas penggunaan lemak trans buatan sebesar 2% dari total kandungan lemak dalam makanan.
Tanpa menyebutkan merek, berikut daftar makanan dengan kandungan lemak trans buatan melebihi standar WHO 2 persen atau 2 gram per 100 gram total lemak:
Kategori Makanan Kemasan
-Wafer salut cokelat dengan isian cokelat impor: 2,38 gram per 100 gram lemak.
-Biskuit pai polos produksi dalam negeri: 9,34 gram per 100 gram lemak.
-Kue red velvet produksi dalam negeri: 2,33 gram per 100 gram lemak.
Kategori Makanan Siap Saji Panggang
-Martabak cokelat (Jakarta): 4,19 gram per 100 gram lemak.
-Roti maryam cokelat (Bogor): 6,48 gram per 100 gram lemak.
-Roti maryam cokelat (Jakarta): 4,50 gram per 100 gram lemak.
-Kroisan (toko): 2,09 gram per 100 gram lemak.
-Kroisan dengan isian cokelat (kemasan pabrikan): 5,34 gram per 100 gram lemak.
Kategori Lemak dan Minyak
-Mentega putih (Bogor): 2,40 gram per 100 gram lemak.
-Mentega putih/shortening produk dalam negeri: 4,21 gram per 100 gram lemak.
-Campuran margarin dan mentega: 22,68 gram per 100 gram lemak.
Bahaya Lemak Trans
Lemak trans buatan berbahaya bagi tubuh karena bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit. Berikut sejumlah bahaya lemak trans yang dikutip dari Healthline:
1. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung
Lemak trans buatan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Berdasarkan sejumlah studi, mengonsumsi lemak trans akan meningkatkan kolesterol jahat (LDL). Kolesterol jahat ini dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular atau jantung.
2. Berisiko Menyebabkan Peradangan
Sejumlah penelitian menunjukkan hubungan antara lemak trans buatan dengan peningkatan penanda inflamasi atau peradangan, terutama pada orang dengan berat badan berlebih.
Peradangan ini menjadi salah satu penyebab utama berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung, sindrom metabolik, diabetes, dan radang sendi.
3. Merusak Pembuluh Darah
Lemak trans diyakini dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah, yang dikenal sebagai endotel. Penelitian menunjukkan minuman dengan kadar lemak trans tinggi merusak fungsi lapisan pembuluh darah dan bisa mempengaruhi kinerja jantung.
4. Meningkatkan Risiko Kanker
Terdapat studi yang meneliti efek lemak trans pada kanker. Disebutkan bahwa ada hubungan antara asupan lemak trans dan peningkatan kanker payudara, prostat, dan kolorektal.
5. Mungkin Berkaitan dengan Diabetes
Ada kemungkinan kaitan konsumsi lemak trans dengan diabetes. Namun hubungan keduanya tidak sepenuhnya jelas. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang tidak konsisten.
Dengan tingginya kadar lemak trans buatan dalam produk makanan, konsumen sebaiknya mengecek kandungan zat tersebut lebih dulu untuk memastikan aman dikonsumsi.