
PUSATECNO , Fenomena panic buying kini tak lagi terbatas pada bahan pokok atau masker di masa pandemi. Kali ini, giliran iPhone yang menjadi barang rebutan di tengah gelombang kepanikan belanja warga Amerika Serikat. Kekhawatiran akan iPhone naik harga tarif impor baru akibat yang diterapkan pemerintahan Presiden Donald Trump mendorong masyarakat menyerbu toko-toko Apple lebih cepat dari biasanya.
Isu kenaikan harga iPhone mendadak menggemparkan publik Amerika Serikat. Bukan karena peluncuran model baru, melainkan imbas dari kebijakan tarif impor yang berpotensi membuat harga gawai premium ini melonjak tajam. Suasana yang biasanya hanya terlihat saat musim liburan kini hadir lebih awal dengan antrean mengular dan rak iPhone yang cepat kosong di berbagai Apple Store.
Apa yang sebenarnya mendorong warga Amerika terburu-buru membeli iPhone sekarang? Benarkah harganya akan meroket setinggi itu? Simak artikel berikut untuk memahami situasinya lebih dalam. Mulai dari rumor yang beredar, perhitungan harga, hingga strategi Apple dalam merespons tekanan global.
1. Apa yang sebenarnya terjadi?
Dilaporkan oleh Bloomberg, akhir pekan lalu sejumlah Apple Store di berbagai wilayah Amerika Serikat mengalami lonjakan pengunjung yang tidak biasa. Ini selevel dengan kepadatan saat musim liburan. Para pelanggan disebut banyak bertanya soal kemungkinan kenaikan harga iPhone. Melansir Mashable pada 8 April 2025, seorang karyawan Apple Store bahkan mengungkapkan bahwa hampir setiap pelanggan menanyakan apakah harga akan naik dalam waktu dekat.
Kekhawatiran ini dipicu oleh tarif impor baru yang dikenakan terhadap produk-produk dari China. Seperti diketahui, sebagian besar iPhone dirakit di Tiongkok dan kini negara tersebut dikenai tarif sebesar 54 persen. Jika seluruh beban biaya ini dibebankan ke konsumen, harga iPhone diprediksi bakal meroket.
2. Seberapa besar kenaikan harga iPhone?
Beberapa proyeksi menyebutkan bahwa iPhone 16 yang saat ini dijual seharga Rp13,46 juta ($799) bisa melonjak hingga sekitar Rp19,3 juta ($1.142). Sementara model tertingginya diperkirakan bisa tembus Rp38,9 juta ($2.300). Dalam skenario ekstrem, sejumlah analis memprediksi bahwa apabila iPhone diproduksi sepenuhnya di AS, harganya bisa menyentuh angka fantastis hingga Rp59,15 juta ($3.500).
Namun, tidak semua pihak sependapat dengan prediksi tersebut. Analis Bloomberg, Mark Gurman, menyebut proyeksi harga itu sebagai “absurd, tidak bertanggung jawab, dan hanya clickbait” dalam unggahannya di akun X pada 6 April 2025. Menurutnya, Apple kemungkinan besar tidak akan membebankan seluruh kenaikan biaya kepada konsumen. Perusahaan justru dapat memilih untuk menurunkan margin keuntungan, memperluas lini produksi di India (yang hanya dikenai tarif 26 persen), atau menempuh jalur diplomasi demi mendapatkan pengecualian tarif.
Apple sendiri dikabarkan telah mempersiapkan diri menghadapi badai tarif ini dengan menimbun stok iPhone di dalam negeri sejak beberapa bulan lalu. Produk yang sudah berada di wilayah Amerika Serikat tidak akan dikenai tarif tambahan, sehingga potensi kenaikan harga dapat ditunda dalam jangka pendek. Meski lonjakan penjualan iPhone tampak signifikan untuk sementara waktu, kekhawatiran pasar tetap tinggi. Harga saham Apple tercatat anjlok tajam dari puncaknya di atas Rp4,39 juta ($260) pada Desember 2024 menjadi sekitar Rp3,07 juta ($182) saat ini. Para investor khawatir bahwa lonjakan harga akan berdampak negatif terhadap permintaan dalam jangka panjang.
3. Mengapa panic buying bisa terjadi?
Kondisi ketidakpastian kerap memicu kepanikan. Meski belum ada kepastian soal kenaikan harga, bayang-bayang tarif impor baru dan potensi lonjakan harga mendorong konsumen untuk membeli sekarang, sebelum semuanya terlambat. Ini sejalan dengan hukum ekonomi dasar, di mana ekspektasi terhadap inflasi sering kali mendorong perilaku konsumtif.
Menariknya, Apple disebut-sebut sudah lama bersiap menghadapi skenario ini. Perusahaan telah menimbun stok iPhone di dalam negeri sejak beberapa bulan lalu, sehingga perangkat yang sudah berada di wilayah AS tidak terkena dampak langsung dari tarif baru. Artinya, lonjakan harga belum tentu terjadi dalam waktu dekat. Namun bisa muncul saat generasi berikutnya, seperti iPhone 17 yang akan diluncurkan pada September 2025.
4. Apakah sekarang adalah waktu yang tepat untuk membeli iPhone?
Pertanyaan besarnya adalah apakah ini saat yang tepat untuk membeli iPhone? Jika kamu memang sudah berencana membeli iPhone dalam waktu dekat, mungkin ini saat yang tepat. Tetapi, penting juga untuk mempertimbangkan risiko keuangan pribadi. Belanja impulsif hingga harus berutang atau menambah bunga kartu kredit bisa jadi lebih merugikan daripada kenaikan harga itu sendiri.
Selain itu, Apple hampir selalu merilis model terbaru setiap September. Jika harga sudah naik sebelumnya, kemungkinan besar kenaikannya tidak akan terlalu signifikan lagi. Bahkan, iPhone 16 kemungkinan akan mendapat diskon saat iPhone 17 meluncur. Artinya, jika kamu bisa menunggu, kamu mungkin mendapatkan model baru atau potongan harga untuk model yang lama. Aturan klasik tetap berlaku. Waktu terbaik untuk membeli produk gadget adalah ketika kamu benar-benar membutuhkannya.
Kepanikan warga AS dalam membeli iPhone menunjukkan bagaimana kebijakan ekonomi global bisa berdampak langsung ke perilaku konsumen. Meski belum ada keputusan final soal harga, rumor tarif impor baru telah cukup untuk membuat toko Apple dipenuhi pembeli. Bagi Apple, ini mungkin menjadi keuntungan jangka pendek yang membantu laporan keuangan kuartal berikutnya. Tapi bagi konsumen, kehati-hatian tetap perlu diutamakan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Walau iPhone naik harga, siapkan strategi belanjamu dan jangan terburu-buru ikut panik. Simak terus update terbaru agar kamu bisa membuat keputusan terbaik, bukan keputusan yang lahir dari kepanikan sesaat. Terkadang, menunggu hingga situasi mereda justru menjadi langkah paling bijak.