
PUSAT4D, – Juru bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Adita Irawati memohon maaf atas kegaduhan yang mencuat dari opsi diksi“ rakyat jelata” dikala menjawab permasalahan viral Gus Miftah.
Juru Bicara( Jubir) Kantor Komunikasi Kepresidenan( Presidential Communication Office/ PCO) Adita Irawati disorot warganet, usai menjawab permasalahan Miftah Maulana Habiburrahman yang mengolok- olok seseorang penjual es teh dikala tengah berceramah di Magelang, Rabu( 20/ 11/ 2024).
Baca Juga
Kala Bobby Hendak Membawa Beberapa Kadis Pemkot Medan ke Pemprov Sumut
Sorotan ditunjukan warganet sebab Adita memakai diksi“ rakyat jelata” dikala membagikan penjelasan kepada awak media pada Kamis,( 5/ 12/ 2024). Sejatinya, dalam penjelasan itu Adita memperhitungkan aksi Miftah sebagai Utusan Spesial Presiden Bidang Kerukunan Beragama serta Pembinaan Fasilitas Keagamaan, berlawanan dengan prinsip Presiden Prabowo Subianto.
” Kami dari pihak istana pasti menyesalkan peristiwa ini. Terlebih jika kita amati, Presiden Prabowo dari pidato serta kunjungan kerja berpihak kepada rakyat kecil, kepada rakyat jelata. Beberapa statment dia berpihak kepada rakyat jelata. Pasti hendak jadi introspeksi kepada segala karyawan yang terdapat di kabinet,” begitu bunyi penjelasan Adita semacam dikutip dari YouTube Liputan6, Kamis( 5/ 12/ 2024).
Klarifikasi adita
Penyebutan” rakyat jelata” oleh mantan jubir Departemen Perhubungan 2020- 2024 ini mengundang sentimen negatif di warga. Sebagian besar warganet menafsirkannya selaku ungkapan merendahkan masyarakat negeri yang menguatkan stratifikasi sosial. Bila ditilik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna rakyat jelata yakni rakyat biasa( bukan bangsawan, bukan hartawan) ataupun orang mayoritas yang tidak mempunyai status sosial besar ataupun kekayaan berlimpah.
Tidak berselang lama, di hari yang sama Adita langsung mengantarkan permintaan maaf kepada publik. Lewat akun Instagram Kantor Komunikasi Kepresidenan, Kamis( 5/ 12/ 2024), dia mengakui terdapatnya kekeliruan dalam pemakaian diksi tersebut.” Buat itu, secara individu aku meminta maaf atas peristiwa ini, yang menimbulkan polemik di tengah warga. Tidak terdapat iktikad buat melemahkan ataupun merendahkan. Kami hendak terus introspeksi diri serta hendak lebih hati- hati dalam pakai bahasa,” ucapnya.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan Bandung Nur Ratih Affandi dalam video YouTube yang diunggahnya di kanal individu, menganjurkan supaya tokoh publik bisa mempraktikkan komunikasi inklusif serta egaliter selaku kunci menghasilkan keharmonisan bernegara. Strategi ini mencerminkan penghargaan serta penghormatan untuk segala susunan warga.” Komunikasi egaliter merupakan komunikasi yang dicoba atas bawah prinsip kesetaraan, kesejajaran, kesepadanan. Egaliter, sejajar, setara,” ucapnya