
BRUSSELS, BELGIA – Uni Eropa (UE) resmi memberlakukan AI Act 2025, regulasi ketat yang melarang penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengenali emosi manusia di ruang publik. Larangan ini mencakup bandara, stasiun kereta, pusat perbelanjaan, hingga platform iklan online. Regulasi ini jadi yang pertama di dunia untuk membatasi eksploitasi data emosi warga.
Apa yang Dilarang?
Berdasarkan pasal 12 AI Act 2025:
- Pengenalan Emosi di Ruang Publik: Sistem AI yang menganalisis ekspresi wajah, nada suara, atau gerakan tubuh untuk mendeteksi emosi (seperti stres, kebahagiaan, atau kemarahan) dilarang di area umum.
- Iklan Berbasis Emosi: Platform seperti Meta, TikTok, dan Google dilarang menyasar pengguna berdasarkan data emosi yang dikumpulkan lewat kamera atau mikrofon.
- Pengecualian: Teknologi ini masih boleh digunakan untuk penelitian medis (misalnya: deteksi dini autisme) atau konseling psikologis dengan persetujuan tertulis.
“Teknologi ini terbukti bias dan mengancam privasi. Kami tak boleh biarkan algoritma menentukan apakah seseorang ‘curiga’ hanya karena ekspresi wajahnya,” tegas Margrethe Vestager, Wakil Presiden Komisi Eropa.
Dampak pada Perusahaan Teknologi
Perusahaan besar teknologi harus menghapus fitur pengenalan emosi dari produk mereka dalam 6 bulan. Meta, misalnya, harus menghentikan sistem iklan “MoodMatch” yang menyesuaikan konten berdasarkan ekspresi pengguna. Sementara itu, startup pengembang AI seperti EmoTech Ltd. dari Prancis terpaksa beralih ke pasar non-UE.
Pelanggar akan dikenakan denda hingga 6% dari pendapatan global atau larangan operasi di wilayah UE.
Protes dan Dukungan
- Kritik dari Industri: Asosiasi Teknologi Eropa (DigitalEurope) menyebut larangan ini “menghambat inovasi”. “AI pengenalan emosi bisa digunakan untuk meningkatkan layanan pelanggan atau kesehatan mental,” kata Direktur DigitalEurope, Cecilia Bonefeld-Dahl.
- Dukungan Aktivis: Organisasi Privacy First memuji langkah ini. “Ini kemenangan melawan pengawasan masif. Ekspresi wajah bukan data untuk dieksploitasi,” ujar juru kampanye mereka, Lukas Bergman.
Contoh Kasus yang Memicu Regulasi
Larangan ini muncul setelah investigasi The Guardian pada 2023 menemukan:
- Sistem AI di bandara Schiphol (Belanda) salah mengidentifikasi 68% traveler kulit berwarna sebagai “berpotensi agresif” karena bias algoritma.
- Aplikasi kencan “LoveScan” di Jerman menjual data emosi pengguna ke perusahaan asuransi.
Bagaimana Teknologi Ini Bekerja?
AI pengenalan emosi menggunakan kamera dan sensor untuk memindai:
- Kontraksi 43 otot wajah.
- Perubahan nada suara (frekuensi > 85 dB).
- Gerakan tangan atau postur tubuh.
Data ini lalu dikaitkan dengan database emosi yang sering kali tidak memperhitungkan perbedaan budaya atau disabilitas.
Masa Depan AI di UE
Komisi Eropa sedang mengembangkan kerangka etika AI alternatif, seperti:
- AI untuk Kesejahteraan: Sistem pendeteksi stres di tempat kerja yang anonim dan berbasis suara (tanpa wajah).
- Emotionally Neutral Ads: Iklan yang hanya menggunakan data demografi, bukan respons emosional.